Fenomna akun WhatApp yang diretas kembali marak, modus pembajakan WhatsApp pun semakin beragam mulai dari Social Hacking sampai tautan dengan iming-iming yang membuat beberapa orang mungkin akan tergiur dan masuk perangkap si peretas.
Banyaknya kasus pembajakan akun WhatsApp yang terjadi tentu menjadi lahan baru bagi orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan mengambil keuntungan dari kelalaian penggunanya. Pasalnya WhatsApp menjadi salah satu aplikasi berbagi pesan terbesar di Indonesia, bahkan di dunia. Dengan angka tersebut tentu saja membuat demografi pengguna WhatsApp sangat beragam, dari yang muda sampai yang tua, dari yang melek tehadap teknologi sampai yang gaptek terhadap teknologi.
Dari demografi tersebut tentu saja terdapat celah yang dapat dimanfaatkan untuk tindak kejahatan. Ibarat memancing di kolam dengan ikan yang sangat banyak dan beragam, tentu akan ada saja yang tertangkap atau terpancing. Hal inilah yang dilihat oleh para peretas dan mereka manfaatkan, mungkin bagi kita yang melek akan teknologi akan dengan mudah mengenali apakah terdapat aktifitas yang mencurigakan atau tidak. Nah, sebagai yang tahu akan hal tersebut, kita mempunyai kewajian utuk mengedukasi yang belum memahaminya. Karena bisa saja besok atau lusa yang menjadi korbannya adalah orang terdekat kita, teman atau bahkan keluarga.
Oleh karena itu Pustaka Tekno telah merangkum modus dan proses kejahatan yang biasanya dilakukan oleh para peretas untuk mengambil alih akun WhatsApp korbannya.
Baca Juga: WhatsApp di Hack: Cara Mengembalikan WhatsApp yang Dibajak
Modus Utama
Modus ini yang paling sering banyak ditemui. Modus ini termasuk kedalam tipe Social Hacking, modus ini memanipulasi korban untuk mempercayai apa yang diinginkan oleh si pelaku. Pada kasus ini biasanya si pelaku atau si peretas berpura-pura sebagai kasir sebuah minimarket kemudian memulai percakapan pada aplikasi WhatsApp kita dengan preferensi yang meyakinkan kita seolah-olah akun WhatsApp adalah benar-benar official dari minimarket tersebut. Akun tersebut akan menggunakan foto profil, nama akun bahkan kata-kata yang mengingatkan kita terhadap identitas minimarket yang dipalsukan oleh si pelaku.
Mengatasnamakan Akun Resmi
Di tahap ini biasanya korban akan kebingungan apakah chat atau percakapan tersebut benar-benar dari akun resmi atau bukan dan tidak sedikit yang akan percaya. Padahal kalau kita perhatikan dengan seksama, akun-akun resmi memiliki tanda Resmi atau Official pada nama akun mereka seperti pada contoh akun resmi pemerintahan Inggris berikut:

Perhatikan tanda ceklis hijau pada akhir nama akun, ini berati akun tersebut emamng akun resmi yang telah diverfikasi oleh WhatsApp. Pada saat pertama kali melakukan percakapan pun terdapat semacam info yang menjelaskan bahwa akun tersebut terverifikasi sebagai akun bisnis resmi.
Jika akun memiliki tanda verifikasi tersebut, dapat dipastikan percakapan tersebut memang resmi, namun jika tidak terverifikasi namun akun tersebut mengatasnamakan produk, brand atau nama resmi lainnya dapat diindikasikan bahwa akun tersebut penipuan. Sebaiknya jangan dipercaya apalagi meminta untuk melakukan sesuatu.
Menerima SMS dengan Bahasa Asing
Kembali lagi ke modus si penipu, biasanya akan mengaku bahwa dia telah salah kirim kode voucher game dan meminta korban untuk mengembalikan kode voucher tersebut dengan mengirim balik yang pelaku sebut kode voucher kepada pelaku. Biasanya yang terjadi adalah ketika si pelaku meminta kode voucher tersebut akan dibarengi dengan pesan masuk ke handphone kita lewat SMS yang kurang lebih isinya seperti berkut:

Betul, isi SMS yang masuk biasanya akan berbahas asing atau dalam kasus ini bahasa Thailand. Hal ini sengaja dilakukan oleh si pelaku suapaya korban tidak mengenali isi pesan SMS tersebut yang sebenarnya adalah kode OTP yang digunakan untuk masuk ke akun korban.
Disini yang harus diperhatikan sekali adalah walaupun isi SMS nya adalah bahasa Thailand, namun terdapat tulisan WhatsApp. Ini mengindikasikan bahwa isi SMS ini erat kaitanya dengan akun WhatsApp, jadi sangat patut dicurigai jika menemukan isi pesan yang mirip dengan pesan tersebut dan jangan diberikan isi pesannya kepada siapapun. Karena kalau kita eliti lebih lanjut, yang diminta oleh si pelaku adalah kode voucher game, sedangkan isi SMS nya dalah WhatsApp. Dari situ saja patutnya kita perlu curiga.
Korban yang akunnya berhasil dibajak atau diambil alih adalah yang secara tidak sadar telah memberikan isi SMS tersebut, entah dengan cara menyalin semua pesan atau screenshot dan mengirimannya kepada pelaku.
Akun Keluar dengan Sendirinya

Skenario terakhir adalah akun korban keluar dengan sendirinya dan tidak dapat diakses. Ditahap ini biasanya korban akan panik dan bingung. Kepanikan ini akan dimanfaatkan oleh si pelaku untuk melanacarkan aksinya. Pelaku akan melakukan percakapan dengan kontak-kontak kita yang ada dalam grup yang kita tergabung didalamnya, biasanya akan membuat sebuah kondisi seakan-akan korban dalam musibah dan akan meminta atau bahkan meminjam sejumlah uang pada kontak kita tersebut. Jelas ini sangat merugikan kita sebagai pemlilik akun.
Semakin lama korban panik dan akun tidak kembali diambil alih, semakin lama juga pelaku melakukan tindak kejahatannya. al yang wajib kita lakukan adalah membuat akun tersebut kembali kita ambil alih. Pustaka Tekno telah merangkum cara agar akun yang telah dibajak dapat kembali disini: WhatsApp di Hack: Cara Mengembalikan WhatsApp yang Dibajak.
Dengan mengenali modus sipelaku, kita akan menjadi lebih waspada dan tidak mudah terjebak dalam aktifitas-aktifitas yang merugikan diri kita sendiri di masa yang akan datang. Bagikan kepada orang terdekat kamu supaya mereka tidak menjadi korban selanjutnya.
Bagus